Keunggulan Sapi Pasundan
Ditulis oleh : Administrator - Diterbitkan : Selasa, 1 Agustus 2023 - Dibaca : 325
Kecil kecil cabe rawit. Sapi pasundan dijuluki dengan istilah tersebut. Mengapa? Hal ini disebabkan karena bobot tubuh sapi pasundan yang kecil. Meski demikian, sapi pasundan memiliki ketangguhan yang bisa dinilai cukup mumpuni dan bisa bersaing dengan jenis sapi lainnya.
Sapi pasundan memiliki bobot maksimal di kisaran maksimal 300-400 kilogram namun terbukti kuat menghadapi ancaman penyakit. Bisa kita lihat dari pengalaman saat terserang penyakit mulut dan kuku pada beberapa waktu lalu.
Sapi unggulan ini merupakan plasma nutfah asli Jawa Barat. Sapi pasundan adalah sumber daya genetik lokal Jawa Barat domestikasi dari banteng. Dulu sapi ini dikenal sebagai sapi rancah, merujuk salah satu kecamatan di Ciamis.
Selain di Ciamis, populasinya tersebar di sejumlah daerah di Jabar. Beberapa di antaranya pesisir pantai di Garut, Tasikmalaya, dan Cianjur. Ada juga di kawasan perbukitan seperti Kuningan, tetangga Ciamis.
Ciri-ciri fisik dari sapi pasundan ini mirip dengan sapi Madura dengan warna tubuh dominan merah bata atau kecoklatan dengan kaki panjang putih. Sapi ini juga memiliki ciri fisik yang unik yang membedakannya dengan sapi lain yakni ada garis hitam di punggung.
Tidak ada data pasti kapan sapi rancah pertama kali dikembangbiakkan. Namun menurut cerita dari Dayat (70), sesepuh peternak sapi pasundan, sapi pasundan itu telah dipelihara sejak zaman kakek-neneknya, zaman Belanda.
Sumber lain mengisahkan bahwa sapi rancah sudah menjadi primadona pada pesta jamuan orang Belanda dan pembesar perkebunan di sekitar Rancah karena dagingnya yang empuk menjadi daya tarik utama.
Daerah Jawa Barat merupakan wilayah konsumen daging sapi karena memiliki penduduk hampir seperlima total populasi Indonesia, wilayah ini memiliki kebutuhan daging yang tinggi.
Sebagai produk yang memiliki sejumlah keunggulan, Arifin Soedjayana, Kepala Dinas DKPP Jabar mengatakan sapi lokal ini mampu menjawab kebutuhan tersebut. Meskipun Jabar daerah lintasan dan bukan produsen, bukan berarti tidak memiliki potensi. Ada genetik lokal yang unggul dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
Melihat permintaan yang tinggi ini, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan memaksimalkan upaya pemurnian dan pelestarian sapi pasundan. Untuk bisa memenuhi harapan ini, pihak DKPP konsisten memurnikan sapi pasundan. Kualitas sapi pasundan saat ini mulai ditingkatkan dengan menggunakan bioteknologi berupa inseminasi buatan.
Peningkatan mutu sapi pasundan ini dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak (BPPIBT) Sapi Potong Ciamis dari DKPP Jabar. Kepala BPPIBT Sapi Potong Ciamis Vidi Wulandari menyebut, upaya ini dilakukan sejak 2014.
Dalam kurun waktu 9 tahun ini, mutu genetik sapi pasundan ditingkatkan di sini. Pemurnian ini diharapkan bisa menghadirkan kembali keunggulan sapi lokal yang bisa dinikmati masyarakat luas.
Dua ekor pejantan Sapi Pasundan dipelihara di UPTD Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Potong Ciamis, Jawa Barat. Di tempat seluas 13 hektar itu, 192 ekor sapi pasundan hidup dan dikembangbiakkan untuk tujuan pemurnian genetik.
Dari jumlah tersebut, sebagian besar telah memiliki homozigositas di atas 70 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa sapi pasundan yang tengah dikembangkan telah memiliki warisan genetik cenderung murni.
Semakin besar persentasenya, semakin mirip keturunan tersebut memiliki sifat yang sama dengan generasi sebelumnya. Vidi berharap, peningkatan kualitas ini akan berimpas kepada permintaan sapi pasundan yang semakin tinggi.